Pages

Subscribe:

Style_

Style_

Search

Copyright Text

Selasa, 08 November 2011

unsur intrinsik dan ekstrinsik cerpen


Pengertian Cerpen


Cerpen adalah singkatan dari cerita pendek. Cerpen merupakan salah satu ragam dari jenis prosa. Cerpen, sesuai dengan namanya adalah cerita yang relatif pendek yang selesai dibaca sekali duduk. Proses sekali duduk dapat diartikan sebagai memahami isi pula. Artinya, pada saat itu isi cerpen dapat kita pahami.
Cerpen terdiri dari berbagai kisah, sepero kisah percintaan (roman), kasih sayang, jenaka, dll. Cerpen biasanya mengandung pesan/amanat yang sangat mudah dipahami, sehingga sangat cocok dibaca oleh kalangan apapun.

Unsur-Unsur Cerpen

Cerpen dilengkapi oleh unsur-unsur penting yang membangunnya. Unsur itu terdiri dari unsur intinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik antara lain, tema, alur, setting/latar/waktu, penokohan, watak, dan amanat. Sedangkan unsur ekstrinsik antara lain, budaya, jenis kelamin, pekerjaan, dll.

Tahapan Dalam Cerpen

Cerpen terdiri dari empat tahapan, antara lain, pengenalan, insiden/masalah, konflik/rumitan, dan penyelesaian. Bagian banyak diminati pembaca yaitu konflik karena merupakan puncak cerita

Menjelaskan Unsur-Unsur Intrinsik Cerpen

Sebagaimana novel, cerpen juga dibentuk atas unsure ekstrinsik dan intrinsik. Meskipun bentuknya pendek, bahkan ada. Yang cuma 1 halaman, di dalamnya terdapat unsur-unsur intrinsik secara lengkap, yaitu tema,amanat,tokoh, alur, latar, sudut padang pengarang,dan dialog.
Unsure – unsure intrinsic cerpen mencakup : tema, alur, latar, perwatakan, sudut pandang, dan nilai – nilai yang terkandung didalamnya.

Tema adalah ide pokok sebuah cerita, yang diyakini dan dijadikan sumber cerita.

Latar . setting adalah tempat, waktu , suasana yang terdapat dalam cerita. Sebuah cerita harus jelas dimana berlangsungnya, kapan terjadi dan suasana serta keadaan ketika cerita berlangsung.

Alur / plot adalah susunan peristiwa atau kejadian yang membentuk sebuah cerita.
Alur meliputi beberapa tahap:
1)      Pengantar : bagian cerita berupa lukisan , waktu, tempat atau kejadian yang merupakan awal cerita.
2)      Penampilan masalah : bagian yang menceritakan maslah yang dihadapi pelaku cerita.
3)      Puncak ketegangan / klimaks : masalah dalam cerita sudah sangat gawat, konflik telah memuncak.
4)      Ketegangan menurun / antiklimaks : masalah telah berangsur – angsur dapat diatasi dan kekhawatiran mulai hilang.
5)      Penyelesaian / resolusi : masalah telah dapat diatasi atau diselesaikan.
6)      Perwatakan :
Menggambarkan watak atau karakter seseorang tokoh yang dapat dilihat dari tiga segi yaitu melalui:
- Dialog tokoh
- Penjelasan tokoh
- Penggambaran fisik tokoh
7)      Nilai (amanat) : pesan atau nasihat yang ingin disampaikan pengarang emalalui cerita.




Menurut Nurgiyantoro dalam bukunya Pengkajian Prosa Fiksi unsur- unsur intrinsik ialah unsur- unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. Unsur- Unsur-unsur intrinsik tersebut antara lain sebagai berikut.

1. Tema cerita

Tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan yang terkandung di dalam teks sebagai stuktur semantis dan yang menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan.

Tema disaring dari motif- motif yang terdapat dalam karya yang bersangkutan yang menentukan hadirnya peristiwa-peristiwa, konflik, dan situasi tertentu. Tema dalam banyak hal bersifat ”mengikat” kehadiran atau ketidakhadiran peristiwa, konflik serta situasi tertentu termasuk berbagai unsur intrinsik yang lain. Tema menjadi dasar pengembangan seluruh cerita, maka tema pun bersifat menjiwai seluruh bagian cerita itu. Tema mempunyai generalisasi yang umum, lebih luas dan abstrak.

2. Alur Cerita

Sebuah cerpen menyajikan sebuah cerita kepada pembacanya. Alur cerita ialah peristiwa yang jalin-menjalin berdasar atas urutan atau hubungan tertentu. Sebuah rangkaian peristiwa dapat terjalin berdasar atas urutan waktu, urutan kejadian, atau hubungan sebab-akibat. Jalin-menjalinnya berbagai peristiwa, baik secara linear atau lurus maupun secara kausalitas, sehingga membentuk satu kesatuan yang utuh, padu, dan bulat dalam suatu prosa fiksi.

Lebih lanjut Stanton mengemukakan bahwa plot ialah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab-akibat, peristiwa yang disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain.Plot ialah peristiwa-peristiwa yang ditampilkan dalam cerita yang tidak bersifat sederhana, karena pengarang menyusun peristiwa-peristiwa itu berdasarkan kaitan sebab-akibat.

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa alur cerita ialah jalinan peristiwa yang melatari sebuah prosa fiksi yang dihubungkan secara sebab-akibat.


3. Penokohan

Dalam pembicaraan sebuah cerita pendek sering dipergunakan istilah-istilah seperti tokoh dan penokohan, watak dan perwatakan, atau karakter dan karakterisasi secara bergantian dengan menunjuk pengertian yang hampir sama. Tokoh cerita ialah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama , yang oleh pembaca ditafsirkan memilki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diespresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Sedangkan penokohan ialah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita

Dengan demikian, istilah penokohan lebih luas pengertiannya daripada tokoh atau perwatakan, sebab penokohan sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca. Penokohan sekaligus menunjuk pada teknik perwujudan dan pengembangan tokoh dalam sebuah cerita.


4. Latar

Sebuah cerita pada hakikatnya ialah peristiwa atau kejadian yang menimpa atau dilakukan oleh satu atau beberapa orang tokoh pada suatu waktu tertentu dan pada tempat tertentu. Menurut Nadjid (2003:25) latar ialah penempatan waktu dan tempat beserta lingkungannya dalam prosa fiksi
Menurut Nurgiyantoro (2004:227—233) unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, antara lain sebagai berikut.

a. Latar Tempat

Latar tempat mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa tempat-tempat dengan nama tertentu serta inisial tertentu.

b. Latar Waktu

Latar waktu berhubungan dengan masalah ” kapan ” terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah ”kapan” teersebut biasanya dihubungkan dengan waktu

c. Latar Sosial

Latar sosial mengacu pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku sosial
masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks serta dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap. Selain itu latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan.


5. Sudut Pandang

Sudut pandang (point of view) merupakan strategi, teknik, siasat, yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan dan ceritanya. Segala sesuatu yang dikemukakan dalam karya fiksi memang milik pengarang, pandangan hidup, dan tafsirannya terhadap kehidupan. Namun kesemuanya itu dalam karya fiksi disalurkan lewat sudut pandang tokoh, lewat kacamata tokoh cerita. Sudut pandang adalah cara memandang tokoh-tokoh cerita dengan menempatkan dirinya pada posisi tertentu.

Ada beberapa pertanyaan yang dapat digunakan untuk membedakan sudut pandang. Pertanyaan tersebut antara lain sebagai berikut.
1)      Siapa yang berbicara kepada pembaca (pengarang dalam persona ketiga atau pertama, salah satu pelaku dengan ”aku”, atau seperti tak seorang pun)?
2)      Dari posisi mana cerita itu dikisahkan (atas, tepi, pusat, depan atau berganti-ganti)?
3)      Saluran informasi apa yang dipergunakan narator untuk menyampaikan ceritanya kepada pembaca (kata-kata, pikirn, atau persepsi pengarang; kata-kata, tindakan, pikiran, perasaan, atau persepsi tokoh)?
4)      Sejauh mana narator menempatkan pembaca dari ceritanya (dekat, jauh, atau berganti-ganti)?


Selain itu pembedaan sudut pandang juga dilihat dari bagaimana kehadiran cerita itu kepada pembaca: lebih bersifat penceritaan, telling, atau penunjukan, showing, naratif atau dramatik. Pembedaan sudut pandang yang akan dikemukakan berikut berdasarkan pembedaan yang telah umum dilakukan orang yaitu bentuk persona tokoh cerita: persona ketiga dan persona pertama.

a. Sudut pandang persona ketiga : ”Dia”

Pengisahan cerita yang menpergunakan sudut pandang persona ketiga gaya ”Dia”, narator adalah seorang yang berada di luar cerita yang menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama, atau kata gantinya: ia, dia, mereka. Nama-nama tokoh cerita, khususnya yang utama, kerap atau terus menerus disebut, dan sebagai variasi dipergunakan kata ganti. Hal ini akan mempermudah pembaca untuk mengenali siapa tokoh yang diceritakan atau siapa yang bertindak.
Sudut pandang ”dia”dapat dibedakan ke dalam dua golongan berdasarkan tingkat kebebasan dan keterikatan pengarang terhadap bahan ceritanya. Di satu pihak, pengarang, narator dapat bebas menceritakan segala sesuatu yang berhubungan dengan tokoh ”dia”, jadi bersifat mahatahu, di lain pihak ia terikat, mempunyai keterbatasan ”pengertian” terhadap tokoh ”dia” yang diceritakan itu, jadi bersifat terbatas, hanya selaku pengamat saja.

1) ”Dia” mahatahu

Dalam sudut pandang ini, cerita dikisahkan dari sudut ”dia”, namun pengarang, narator dapat menceritakan apa saja hal-hal yang menyangkut tokoh ”dia” tersebut. Narator mengetahui segalanya, ia bersifat mahatahu (omniscient). Ia mengetahui berbagai hal tentang tokoh, peristiwa, dan tindakan, termasuk motivasi yang melatarbelakanginya. Ia bebas bergerak dan menceritakan apa saja dalam lingkup waktu dan tempat cerita, berpindah-pindah dari tokoh ”dia”yang satu ke ”dia” yang lain, menceritakan atau sebaliknya ”menyembunyikan” ucapan dan tindakan tokoh, bahkan juga yang hanya berupa pikiran, perasaan, pandangan, dan motivasi tokoh secara jelas, seperti halnya ucapan dan tindakan nyata.

2) ”Dia” terbatas, ”Dia” sebagai pengamat

Dalam sudut pandang ”dia” terbatas, seperti halnya dalam”dia”mahatahu, pengarang melukiskan apa yang dilihat, didengar, dialami, dipikir, dan dirasakan oleh tokoh cerita, namun terbatas hanya pada seorang tokoh saja atau terbatas dalam jumlah yang sangat terbatas. Tokoh cerita mungkin saja cukup banyak, yang juga berupa tokoh ”dia”, namun mereka tidak diberi kesempatan untuk menunjukkan sosok dirinya seperti halnya tokoh pertama.

b. Sudut Pandang Persona Pertama: ”Aku”

Dalam pengisahan cerita yang mempergunakan sudut pandang persona pertama (first person point of view), ”aku”. Jadi: gaya ”aku”, narator adalah seseorang yang ikut terlibat dalam cerita. Ia adalah si ”aku” tokoh yang berkisah, mengisahkan kesadaran dirinya sendiri, mengisahkan peristiwa atau tindakan, yang diketahui,dilihat, didengar,dialami dan dirasakan, serta sikapnya terhadap orang (tokoh) lain kepada pembaca. Jadi, pembaca hanya dapat melihat dan merasakan secara terbatas seperti yang dilihat dan dirasakan tokoh si ”aku” tersebut.

1) ”Aku” tokoh utama

Dalam sudut pandang teknik ini, si ”aku” mengisahkan berbagai peristiwa dan tingkah laku yang dialaminya, baik yang bersifat batiniah, dalam diri sendiri, maupun fisik, hubungannya dengan sesuatu yang di luar dirinya. Si ”aku”menjadi fokus pusat kesadaran, pusat cerita. Segala sesuatu yang di luar diri si ”aku”, peristiwa, tindakan, dan orang, diceritakan hanya jika berhubungan dengan dirinya, di samping memiliki kebebasan untuk memilih masalah-masalah yang akan diceritakan. Dalam cerita yang demikian,si ”aku” menjadi tokoh utama (first person central).

2) ”Aku” tokoh tambahan

Dalam sudut pandang ini, tokoh ”aku” muncul bukan sebagai tokoh utama, melainkan sebagai tokoh tambahan (first pesonal peripheral). Tokoh ”aku” hadir untuk membawakan cerita kepada pembaca, sedangkan tokoh cerita yang dikisahkan itu kemudian ”dibiarkan” untuk mengisahkan sendiri berbagai pengalamannya. Tokoh cerita yang dibiarkan berkisah sendiri itulah yang kemudian menjadi tokoh utama, sebab dialah yang lebih banyak tampil, membawakan berbagai peristiwa, tindakan, dan berhubungan dengan tokoh-tokoh lain. Setelah cerita tokoh utama habis, si ”aku”tambahan tampil kembali, dan dialah kini yang berkisah.

Dengan demikian si ”aku” hanya tampil sebagai saksi saja. Saksi terhadap berlangsungnya cerita yang ditokohi oleh orang lain. Si ”aku” pada umumnya tampil sebagai pengantar dan penutup cerita.


6. Gaya Bahasa dan Nada

Bahasa dalam cerpen memilki peran ganda, bahasa tidak hanya berfungsi sebagai penyampai gagasan pengarang. Namun juga sebagai penyampai perasaannya. Beberapa cara yang ditempuh oleh pengarang dalam memberdayakan bahasa cerpen ialah dengan menggunakan perbandingan, menghidupkan benda mati, melukiskan sesuatu dengan tidak sewajarnya, dan sebagainya. Itulah sebabnya, terkadang dalam karya sastra sering dijumpai kalimat-kalimat khas. Nada pada karya sastra merupakan ekspresi jiwa.
Selengkapnya...


Sabtu, 05 November 2011

manfaat menulis


Biasakan Diri untuk Menulis
Oleh: cen rian

Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat produktif, yaitu kemampuan berbahasa yang bersifat menghasilkan. Keterampilan menulis itu sangatlah penting yang harus dimiliki oleh setiap insan, terutama mahasiswa Fakultas Bahasa dan Sastra Indonesia. Mahasiswa Fakultas Bahasa dan Sastra Indonesia dituntut untuk bisa menulis kretif. Hal ini dapat dicapai jika kita terus berlatih dan tidak takut tulisan itu salah. Apa kata orang jika sebagai mahasiswa khususnya mahasiswa Fakultas Bahasa dan Sastra Indonesia kita tidak bisa menulis.
Ada empat keterampilan berbahasa yang diterima oleh seseorang secara beruntun. Keterampilan itu adalah menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Di antara keempat keterampilan berbahasa tersebut, menulis merupakan keterampilan tertinggi yang harus dimiliki seseorang. Keterampilan menulis dapat dilakukan setelah seseorang mampu membaca. Anak SD tentunya belajar membaca dulu sebelum menulis.
Menulis merupakan sebuah kegiatan kreatif mengekspresikan pikiran, gagasan, dan perasaan seseorang yang diungkapkan melalui bahasa tulis. Sebuah tulisan juga dituntut agar bisa dipahami oleh pembaca. Dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan kegiatan seseorang untuk menyampaikan gagasan kepada orang lain. Seseorang yang ingin menulis perlu proses pikiran dan imajinasi kreatif yang kuat agar apa yang ingin disampaikan dalam tulisannya dapat dipahami oleh pembaca. Dengan harapan apa yang dituliskan dapat menginspirasi bagi orang yang membacanya. Kegiatan menulis sangat penting dalam pendidikan karena dapat membantu siswa berlatih berpikir, mengasah kemampuan, melatih berekspresi, juga melatih mengungkapkan gagasan. Menulis adalah media untuk membuat orang lain berpikir.
Kegiatan ini juga dapat dapat meningkatkan kretivitas siswa. Tentulah untuk dapat menghasilkan tulisan yang optimal, kita harus tingkatkan budaya membaca sebanyak-banykanya dari berbagai sumber. Di zaman yang semakin maju ini, mencari sumber bacaan sangatlah gampang. Salah satunya adalah kita bisa memanfaatkan internet. Saya yakin media ini sangat membantu dan juga efektif dan efesien.
Penulis juga harus mempunyai informasi yang autentik tentang apa yang akan ditulis. Perlu diingat bahwa, seseorang tidak akan mampu menulis dengan baik apabila dia tidak pernah membaca. Seorang penulis juga harus memperhatikan tiga hal dalam tulisannya, yaitu
1)      unsur informatif, (2)unsur pendidikan, (3)unsur hiburan.
Tujuan dari menulis itu bernacam-macam, diantaranya adalah sebagai berikut:
1)      Menceritakan sesuatu
Tulisan yang bertujuan untuk menceritakan sesuatu di sebut narasi. Narasi artinya cerita. Karangan ini berusaha menyampaikan kejadian berdasarkan urutan terjadinya. Karangan narasi berisi fakta yang benar-benar terjadi dan dapat pula berisi sesuatu yang bersifat khayal. Karangan narasi yang bersifat fakta, misalnya otobiografi atau biografi. Karangan narasi yang bersifat khayal, misalnya cerpen, novel, roman, dongeng, dan lain-lain.
2)      Menggambarkan atau melukiskan sesuatu
Karangan deskripsi adalah karangan yang berusaha menggambarkan sesuatu sesuai dengan keadaan sebenarnya sehingga pembaca dapat mencitrai(melihat, mendengar, merasakan, mencium) apa yang dilukiskan sesuai citra penulisnya.
3)      Menjelaskan tentang sesuatu
Karangan yang berusaha menjelaskan sesuatu disebut karangan eksposisi.karangan ini bertujuan menjelaskan sesuatu berdasarkan fakta-fakta dan logis. Pembaca yang belum mengetahui proses pembuatan tempe akan memahaminya setelah membaca karangan yang berjudul Proses Pembuatan Tempe.
4)      Menyakinkan
Karangan yang demikian disebut karangan argumentasi. Karangan ini berusaha memberikan alas an untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat atau gagasan.
5)      Mempengaruhi pembaca
Karangan semacam ini tujuannya adalah untuk mengajak pembaca.Misalnya, perusahan-perusahan berusaha mengiklankan barang hasil produksinya di media, tujuan dari semua ini adalah agar pembaca terpengaruh dan yang akan terjadi adalah pembaca membeli barang itu.
Selengkapnya...


Sabtu, 15 Oktober 2011

Kata-kata Motivasi

v  Impian itu sepenggal kisah omong kosong jika tidak diwujudkan dengan kerja. Tapi kerja tanpa didasari impian, lebih buruk dari cerita omong kosong(Hanung Bramsntyo, Sutradara film Menembus Impian).

v  Jangan pernah ada kata menyerah dan kalah dalam menjalani hidup

v  Meraih cita-cita tidak mudah seperti membalikkan telapak tangan, tetapi harus dilakukan dengan kerja keras, pantang menyerah, dan juga perjuangan.
Selengkapnya...


Jumat, 14 Oktober 2011

Sinopsis Novel Salah Pilih Nur Sutan Iskandar


Judul                : Salah Pilih
Pengarang      : Nur Sutan Iskandar
Penerbit          : Balai Pustaka, Jakarta
Tahun Terbit   : Cetakan Pertama tahun 1928
Unsur intrinsik :
*Tokoh dan Penokohan :
v  Asri : patuh terhadap orang tua, penyayang, lapang dada, sabar, terpelajar, berbudi halus,
v  Asnah : baik, berbudi luhur, ramah, sopan, lembut, pemaaf, patuh dan taat pada orang tua, sedikit tertutup
v  Mariati : baik hati, walau kadang sikapnya ketus dan masam, namun begitu penyayang tehadap keluarganya.
v  Sitti Maliah : baik hatinya, penyayang,
v  Saniah ( istri Asri ) :pandai berpura-pura, angkuh, sikapnya bengis, cara bicaranya kasar dan suka menyindir dengan kata-kata yang pedas.
v  Rusiah ( kakak Saniah ) : sabar, baik budinya, lembut
v  Rangkayo Saleah ( Ibu Saniah ): angkuh, sombong, tinggi hati
v  Dt. Indomo ( Ayah Saniah ) : walaupun baik tetapi terlalu takut terhadap istrinya sehingga tidak dapat tegas dalam mengambil keputusan
v  Kaharuddin ( Kakak Saniah ) : rendah hati, tidak suka membeda-bedakan orang karena perbedaan harta dan kekayaan saja
v  Mariah : baik, menyayangi Asnah layaknya anaknya sendiri.
v  Dt. Bendahara : memegang teguh adat, namun tidak mau mendengarkan pendapat orang lain yang bertentangan dengannya.
Tema   :  kesalahan seseorang dalam menentukan pilihan, Perjuangan melawan adat yang tidak sesuai dengan hati, kemajuan zaman, dan hukum syara (agama)
Amanat :
v  Walaupun sudah berpendidikan tinggi, hendaknya janganlah lupa pada adat negeri sendiri.
v  Janganlah menilai seseorang hanya dari rupa dan harta saja, karena belum tentu seorang yang bagus rupa dan banyak harta, bagus pula perilaku dan akhlaknya.
v  jangan suka membeda-bedakan orang karena hartanya, karena banyak orang yang miskin harta tetapi memiliki kekayaan jiwa.
v  Menurut pada perintah dan nasihat orang tua itu wajib hukumnya, tetapi jika perintah orang tua itu menuntun pada jalan yang salah, sebaiknya sebisa mungkin harus bisa menolaknya.
v  Larangan dalam Adat istiadat memang harus dipatuhi, namun jika agama saja membenarkan dan tidak melarangnya, sebaiknya kita berpegang teguh kepada hukum yang lebih tinggi nilainya yaitu hukum agama.
v  Sesuatu yang menurut orang banyak itu salah, belum tentu itu merupakan suatu kesalahan. Karena pada dasarnya, kebenaran itu bukan dilihat dari berapa banyak orang yang mempercayainya, tetapi atas dasar apa sesuatu itu dapat disebut sesuatu yang benar.
Alur                             : alur yang digunakan adalah alur maju
Latar                           : latar tempat sebagian besar di Daerah Minangkabau, yaitu Maninjau,  Sungaibatang, Bayur, dan Bukittinggi. Sebagian juga mengambil latar tempat di Pulau Jawa.
Sudut Pandang          : novel ini menggunakan sudut pandang orang ketiga
Gaya Penulisan          : penulisan novel ini sebagian besar menggunakan bahasa melayu yang  di dalamnya terdapat sebagian kata yang kurang dapat difahami dalam bahasa Indonesia dan tidak sesuai dengan EYD, juga terdapat beberapa peribahasa di dalamnya..



Salah Pilih
Di sebuah daerah di Minangkabau, tinggal sebuah keluarga. Seorang ibu, saudara perempuannya, dan seorang anak perempuan terdapat dalam keluarga tersebut. Anak perempuan itu bernama Asnah, ia adalah anak angkat dari Mariati. Asnah adalah seorang gadis yang cantik, baik, sopan, lembut, serta taat dan patuh terhadap Mariati, walaupun Mariati hanyalah ibu angkatnya. Kebaikan hati Asnah itu pulalah yang membuat Mariati teramat sangat sayangnya terhadap Asnah, jadilah Asnah pengobat dalam setiap sakitnya dan penghibur dikala susahnya.
Setiap kali perlu sesuatu, Mariati lebih senang dilayani oleh Asnah daripada oleh Sitti Maliah, jadilah Sitti Maliah kadang-kadang merasa iri terhadap Asnah karena tak jarang pekerjaannya tidak terpakai oleh Mariati. Walaupun demikian, Sitti Maliah tetap senang dan sayang terhadap Asnah karena memang perangai gadis tersebut benar-benar baiknya.
Selain Asnah, Mariati juga mempunyai seorang anak laki-laki bernama Asri. Asri sama pula sayangnya terhadap Asnah sebagaimana dia menyayangi adik kandungnya. Namun karena Asri sedang bersekolah di Jakarta, jadi dia tak dapat selalu bertemu dengan Asnah untuk sekedar berbagi cerita.
Namun, seiring berjalannya waktu, berubah pulalah perasaan Asnah terhadap Asri. Semula perasaannya terhadap Asri hanya sebatas perasaan sayang terhadap seorang saudara, namun demikian perasaan itu terus mengalir hingga menumbuhkan benih-benih cinta di hati Asnah. Walau demikian, Asnah tak ingin Asri mengetahui perasaan dirinya. Sebisa mungkin dia bersikap biasa manakala Asri pulang.
Hingga tiba saat Asri tamat dari sekolahnya, dan Mariati menyuruh Asri tinggal dan bekerja di Kampung halamannya saja karena ia merasa ia sudah demikian tua dan sakit-sakitan maka ia tak ingin jauh-jauh dari anak laki-lakinya itu. Sebenarnya keinginan Mariati tadi sangat bertentangan dengan keinginan hati Asri, karena ia sangat ingin meneruskan sekolahnya ke sekolah setingkat SMA atau ke sekolah kedokteran, namun sebagai seorang anak yang ingin berbakti kepada ibunya, akhirnya ia mengikuti keinginan ibunya tersebut. Hingga suatu saat merasa bahwa Asri sudah cukup umur bahkan bisa dibilang sudah matang untuk menikah.
Asri menyetujui saja keinginan ibunya tersebut, hanya saja dia masih bingung dalam mencari calon istri untuk dirinya. Asnah begitu kaget manakala ia mendengar bahwa Asri akan segera menikah. Tapi ia berusaha sebisa mungkin menutupi perasaannya tersebut. Asri masih bingung memilih-milih wanita calon istrinya, sebernanya Asri dan Asnah boleh saja menikah, hanya karena adat istiadat yang berlaku saat itu maka dirasa tidak pantas mereka menikah karena dianggap masih sepedukuan yang berasal dari satu kaum. Lalu dipilih-pilihlah wanita di Negerinya yang belum menikah. Akhirnya Asri menemukan seorang gadis yang dirasa cocok untuk menjadi pendampingnya kelak. Gadis itu adalah Saniah. Keinginannya melamar saniah bukanlah tanpa alasan. Asri lebih dahulu tertarik kepada kakak Saniah, yaitu Rusiah. Rusiah adalah seorang perempuan yang baik hatinya, dan lembut perangainya. Namun ketika Asri bersekolah di Bukittinggi, ternyata Rusiah dikawinkan dengan seorang laki-laki bernama Sutan Sinaro. Jadi Asri memutuskan untuk meminang Saniah karena dirasa bahwa Saniah pun tak akan jauh beda dengan kakaknya, baik rupa ataupun perangainya.
Sampai suatu saat Asri bersama-sama ibunya memutuskan untuk bertamu ke rumah keluarga Saniah. Keluarga itu adalah keluarga orang terpandang, keluarga seorang bangsawan kaya dan terpelajar. Walaupun ibu gadis tersebut memiliki perangai yang kaku dan cenderung angkuh, namun Asri yakin bahwa Saniah tentunya berperangai lain dengan ibunya.
Lalu, tak berapa lama, Asri memutuskan memilih Saniah sebagai calon istrinya. Mereka berdua melaksanakan acara pertunangan terlebih dahulu. Saat pertunangan, Saniah benar-benar menampakkan perangai yang sangat baik, ia pun hormat terhadap seluruh keluarga Asri. Perangai demikian itu membuat Asri semakin yakin dengan pilihannya itu. Tak lama, dilangsungkanlah upacara perkawinan Asri dengan Saniah yang sangat meriah.
Setelah menikah, mereka berdua lalu pndah ke Rumah Gedang milik keluarga Asri. Dari situlah diketuahui bahwa perangai Saniah tidaklah seelok yang dia perlihatkan saat sebelum menikah. Saniah begitu memandang rendah terhadap Asnah hanya karena Asnah adalah seorang anak angkat. Dia merasa bahwa tidak sepatutnya Asnah disejajarkan dengan dirinya yang berasal dari kaum terpandang. Ternyata, perangai Saniah begitu angkuhnya, berbeda dengan yang dia perlihatkan sebelum menikah dahulu. Saniah begitu sering berkata menyindir, bersikap bengis, bahkan mencaci maki yang begitu menyakitkan hati Asnah. Bahkan terhadap mertuanya pun, Saniah bersikap yang kurang sopan. Namun Asnah adalah seorang gadis tegar dan sabar yang mempunyai hati lapang, dia tak pernah membalas perlakuan buruk dari iparnya itu.
Tak lama setelah menikah, adat buruk Saniah semakin menjadi. Bahkan sekarang dia berani melawan terhadap suaminya, kerap kali ia juga berkata-kata kasar terhadap suaminya. Sehingga dapat dilihat kalau adat Saniah tak jauh bedanya dengan ibunya, Rangkayo Saleah. Hingga membuat kesabaran Asri kian berkurang dan akhirnya Asri membiarkan Saniah pulang ke rumah orang tuanya manakala saat itu Sidi Sutan datang menjemput. Yang semula bermaksud menjemput Saniah dan Asri, namun karena pertengkaran itu, jadilah Saniah pulang sendiri.
Hingga suatu hari Rangkayo Saleah mendapat kabar bahwa anak laki-lakinya, Kaharuddin akan menikah dengan seorang perempuan anak seorang saudagar batik di kota Padang, tak tertahankan lagilah amarahnya. Dianggapnya oleh Rangkayo Saleah bahwa Kaharuddin akan menikah dengan seorang perempuan yang tak tentu asal-usulnya. Sementara Dt. Indomo merasa tidak setuju dengan pendapat istrinya itu, ia setuju saja anaknya menikah dengan siapapun asal perempuan yang disukainya itu terpelajar, sehat, orang baik-baik dan bersopan santun. Kaya, miskin, bangsawan, berbeda negeri, dan sebagainya tidaklah dipandang sebagai alasan.
Namun Rangkayo Saleah tetap teguh pada pendiriannya untuk tidak menyetujui pernikahan Kaharuddin. Akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke Padang mendatangi Kaharuddin. Kebetulan saat itu Saniah berada di rumahnya setelah Sidi Sutan menjemputnya dari rumah Gedang. Maka diajaknya lah Saniah pergi ke kota Padang. Di tengah jalan, kendaraan yang mereka tumpangi sempat berhenti. Lalu sejenak Saniah memandang negeri yang ia tinggallkan. Namun entah mengapa, begitu banyak yang ia ingat saat ia memandang Rumah Gedang yang nampak jelas terlihat dikejauhan. Tiba-tiba ia teringat akan suaminya, yang begitu sayang terhadapnya, maka teringatlah ia bahwa ia telah durhaka terhadap suaminya, teringat ia akan dosa-dosa yang telah ie perbuat terhadap orang-orang di sekitarnya, termasuk pada Asnah. Lama benar ia memandang, seakan-akan ia akan pergi jauh. Lalu dilanjutkannyalah perjalanan mereka. Dan Rangkayo Saleah menyuruh kepada supir untuk memacu kendaraannya lebih cepat agar mereka bisa lebih cepat sampai di tujuan. Sang sopirpun begitu senang ketika Rangkayo Saleah menyuruhnya untuk memacu kendaraannya dengan cepat. Karena baginya inilah saatnya untuk memperlihatkan kelihaiannya dalam mengendalikan mobil, walaupun jalanan berkelok tajam, juga tebingnya yang begitu curam.
Akhirnya, peristiwa yang sangat tidak diharapkanpun terjadi. Sang sopir kehilangan kendalinya, dan mobil yang dikendalikannya itu jatuh terbalik dan masuk ke dalam sungai yang kering airnya. Rangkayo Saleah meninggal di tempat kejadian, sementara Saniah yang kelihatannya masih bernafas segera diselamatkan orang-orang dan dibawa ke rumahsakit. Namun karena kecelakaan yang dialaminya begitu parah, akhirnya Saniah pun meninggal dunia setelah sempat bertemu dan meminta maaf kepada suaminya.
Setelah beberapa lama Saniah meninggal, begitu banyak lamaran datang kepada Asri. Namun dia tak ingin salah pilih lagi. Dan ia memutuskan kalaupun ia hendak menikah lagi, ia hanya akan menikah dengan orang yang sudah sangat dikenal oleh dirinya dan dapat menjadi kawan yang selalu ada dalam susah, sedih, senang dan gembira, yaitu Asnah. Ia tak ingin salah pilih lagi karena ia yakin bahwa Asnah lah satu-satunya perempuan terbaik bagi dirinya. Namun saat itu Asnah tinggal bersama Mariah, saudara perempuan Mariati yang tinggal di Bayur. Jadilah Asri mendatanginya sekalian minta izin kepada Mariah untuk menikahi Asnah.
Para penghulu adat dan masyarakat pun sangat kaget mendengar keputusan Asri, karena walau bagaimanapun, Asri dan Asnah sudah dianggap sebagai saudara sepesukuan. Walaupun Asri tidak setuju pada pendapat orang-orang, karena baginya Asnah hanyalah saudara angkat yang dibesarkan bersama-sama dengannya dan tidak ada ikatan darah dengannya.
Namun, pikiran orang-orang berlainan dengannya. Dan adat pun mengatakan bahwa jika ada saudara sepesukuan yang melangsungkan perkawinan, maka mereka tidak akan diakui lagi sebagai warga Minangkabau. Dan Asri, daripada ia harus mengikuti adat yang bertentangan dengan hati nuraninya dan harus kehilangan orang yang dicintainya, ia pun memutuskan untuk membawa Asnah pergi meninggalkalkan Minangkabau. Dan ia pun rela melepaskan pekerjaannya sebagai seorang Sutan Bendahara. Mereka memutuskan untuk pergi ke Jawa.
Awalnya, kehidupan mereka disana tidak begitu berkecukupan. Mereka pun banyak dijauhi oleh orang-orang sekampung mereka yang kebetulan sama-sama berniaga di Jawa. Namun karena usaha keras dan kesabarah hati mereka, akhirnya Asri mendapatkan pekerjaan yang layak. Dan yang terpenting, Asri mendapatkan kebahagian bersama Asnah.
Selang berapa lama, Asri dan Asnah mendapatkan surat dari para penghulu negri untuk segera pulang ke kampung halamannya. Karena penduduk kampung sadar telah kehilangan orang pintar yang mempunyai cita-cita yang besar untuk kemajuan negrinya. Seiiring kemajuan zaman, pengetahuan penduduk negri pun sudah terbuka lebar dan mereka lebih bisa menanggapi sesuatu hal dengan cara yang masuk akal.
Akhirnya, Asri dan Asnah pulang kembali ke kampung halamannya. Mereka disambut dengan suka cita oleh para penduduk disana. Asri diberikan kedudukan sebagai Engku Sutan Bendahara. Mereka sangat dihormati oleh penduduk dan hidup berbahagia.

Selengkapnya...