Pages

Subscribe:

Style_

Style_

Search

Copyright Text

Rabu, 30 Mei 2012

SASTRA


oleh: cen rian 
                 KRITIK SASTRA INDONESIA MODERN
BAB I
PENDAHULUAN
  1. LATAR BELAKANG
Kritik sastra merupakan salah satu studi sastra.Kritik sastra adalah cabang ilmu sastra yang memfokuskan perhatiannya pada pengkajian sastra secara langsung untuk mengidentifikasi, menganalisis, mengklasifikasi serta memberikan penilaian tentang berhasil tidaknya suatu cipta sastra. Kritik sastra merupakan studi sastra yang langsung berhadapan dengan karya sastra. H.B Jassin (dalam Rachmat Djoko Pradopo, 1995: 92) mengatakan kritik sastra adalah pertimbangan baik buruk karya sastra, penerangan baik buruk karya sastra. Pertimbangan baik buruk ini tidak berarti baik buruk yang berhubungan dengan moral, namun berhubungan  dengan indah atau jelek. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 761) menyebutkan bahwa kritik adalah kecaman, kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap suatu hasil karya, pendapat, dsb. Sedangkan kritikus adalah 1.orang yg ahli dl memberikan pertimbangan (pembahasan) tentang baik buruknya sesuatu. 2. orang yg memberikan pertimbangan (pembahasan)  tentang baik buruknya sesuatu; pengkritik.
Kritik tidak hanya mencari kesalahan tetapi juga menyebutkan hal-hal yang baik maupun yang buruk, mempertimbangkan baiknya juga buruknya, dan kemudian memberi penilaian yang mantap. Ada juga pendapat lain mengenai kritik sastra seperti yang dikemukakan oleh Guntur Tarigan, kritik sastra adalah pengamatan yang teliti, perbandingan yang tepat serta pertimbangan yang adil terhadap baik buruknya kualitas, nilai, kebenaran suatu karya sastra. Secara singkat kritik sastra adalah pengamatan, serta pertimbangan baik buruknya nilai sastra (Tarigan dalam Darmanto 2007: 18).
 Kritik sastra mempunyai kedudukan yang penting dalam kajian sastra. Kritik sastra sering dikaitkan dengan apresiasi sastra karena kritik dan apresiasi langsung berkaitan dengan karya sastra. Kritik sastra sebenarnya tidak jauh berbeda dengan telaah sastra, karena keduanya secara hakiki mempunyai kesamaan kerja. Kritik sastra adalah semacam pertimbangan untuk menunjukkan kekuatan atau kebagusan dan juga kekurangan yang terdapat salam karya sastra (Zainuddin, 2002: 20). Walaupun kritik berkaitan dengan penilaian, bukan berarti bahwa setiap orang mampu menilai karya sastra.
Penilaian terhadap sebuah karya sastra haruslah bersifat objektif sesuai dengan kriteria penilaian yang ada. Mario Pei der Frank (dalam Zainuddin, 2002: 20) mengatakan penilaian dan penghakiman sesuai dengan standar yang telah diakui berdasarkan pengkajian studi dan analisis. Adanya kriteria yang dijadikan patokan dalam penilaian sastra, dimaksudkan agar hasil dari kritik sastra itu benar-benar menrupakan penilaian yang dapat dipertanggungjawabkan, dan bukan hanya pendapat pribadi. Bagaimanapun tujuan kritik sastra adalah menunjukkan dimana kebaikan dan kekurangan suatu karya sastra berdasarkan kriteria yang berlaku. Hasil kritik itu nantinya untuk menjadikan karya sastra itu lebih baik dan juga sebagai koreksi terhadap penulis, sehingga penulis tidak merasa divonis namun merasa ditantang untuk meningkatkan kualitas tulisan berikutnya (Zainuddin, 2002: 21).
Melakukan kritik sastra bukan suatu pekerjaan yang gampang. Untuk dapat melakukan kritik sastra yang baik tentuk saja kritikus memerlukan pengetahuan yang banyak tentang teori sastra, memiliki pengalaman dalam menganalisis, kemampuan apresiasi yang baik. Sebuah kegiatan kritik sastra akan berhasil apabila seseorang kritikus sastra mengerti, memahami, dan menguasai ilmu sastra yang mencakup teori sastra, sejarah sastra dan kritik sastra sebagai dasar melakukan kritik sastra.
Untuk mengenal permasalahan kritik sastra lebih lanjut perlu dikemukakan guna kritik sastra. Adapun kegunaan kritik sastra adalah, pertama untuk perkembangan sastra itu sendiri, kedua untuk perkembangan kesustraan dan ketiga untuk penerangan masyarakat pada umunya yang menginginkan penerangan tentang karya sastra. Rachmat Djoko Pradopo (1995: 93) mengemukakan kegunaan karya sastra adalah untuk membantu perkembangaan kesusastraan suatu bangsa dengan menjelaskan karya sastra mengenai baik buruknya karya sastra dan menunjukkan daerah-daerah jangkauan persoalan karya sastra. Adapun manfaat bagi sastrawan dari kritik sastra adalah mereka dapat mengembangkan penulisan karya sastra mereka yang mengakibatkan perkembangan kesusastraan. Aspek-aspek pokok kritik sastra adalah analisis, interpretasi (penafsiran) dan evaluasi atau penilaian. Karya sastra merupakan sebuah struktur yang kompleks, maka untuk memahaminya perlu adanya analis, yaitu penguraian terhadap bagian-bagian atau unsur-unsurnya (Hill dalam Pradop, 1995: 93). Oleh karena karya sastra adalah struktur yang kompleks, maka karya sastra itu perlu ditafsirkan untuk memperjelas artinya. Abrams (dalam Pradopo, 1995: 93) mengemukakan, penafsiran adalah penafsiran karya sastra, dalam arti luasnya adalah penafsiran kepada semua aspek karya sastra.
Kritik sastra Indonesia modern lahir sejak tahun 1920 bersamaan lahirnya kesustraan Indonesia modern. Sampai sekarang, berdasarkan bukti yang didapatkan, kritik sastra Indonesia modern yang pertama ditulis oleh Mohammad Yamin berjudul “Sejarah Melayu” dan “Syair Bidasari”. Sejak lahirnya itu, kritik sastra Indonesia mengalami banyak masalah. Masalahnya meliputi, kurangnya tempat, kurangnya kritikus sastra (yang profesional). Tidak cocoknya pandangan kritikus dengan sastrawan, tidak cocoknya teori kritik sebagai landasan kritik dengan corak dan wujud kesusastraan Indonesia modern yang bersifat nasional (dan regional), pertentangan antara kritik sastra sastrawan dan kritik sastra akademik.
  1. RUMUSAN MASALAH
*      Apakah yang dimaksud dengan kritik sastra Indonesia modern?
*      Siapakah yang berperan dalam kritik sastra Indonesia modern?
  1. TUJUAN
Tujuan yang hendak dicapai makalah ini adalah sebagai berikut:
*      Menawarkan kepada pembaca tentang pentingnya kritik sastra.
*      Untuk mengetahui kritik sastra Indonesia modern dan permasalahannya.
*      Untuk mengetahui siapakah yang berperan dalam kritik sastra Indonesia modern.
 
BAB II
PEMBAHASAN
  1. PENGERTIAN KRITIK SASTRA
Kata “kritik” berasal dari bahasa Yunani krites yang artinya seorang hakim, kritikos (dalam bahasa Indonesia kritikus) berarti “hakim kesusastraan” (Wellek dalam Pradopo, 2002:31). Berdasarkan istilah di atas, Wellek mengatakan bahwa kritik sastra itu berarti penghakiman karya sastra. Hal serupa juga dikemukakan H.B Jassin (1959:44,45) bahwa kritik sastra itu pertimbangan baik atau buruk karya sastra, penerangan, dan penghakiman karya sastra. Hudson juga mengemukakan bahwa istilah kritik sastra dalam artinya yang tajam adalah penghakiman yang dilakukan oleh seorang yang ahli atau memiliki sesuatu kepandaian khusus untuk membedah karya sastra, memriksa karya sastra mengenai kebaikan-kebaikan dan cacat-cacatnya, dan menyatakan pendapatnya mengenai hal itu (Pradopo, 2002: 32).
Jadi, berdasarkan pendapat-pendapat di atas, kritik sastra itu merupakan bidang studi sastra untuk “menghakimi” karya sastra, untuk memberi penilaian dan keputusan mengenai bermutu atau tidaknya suatu karya sastra. Dalam kritik sastra, suatu karya sastra diuraikan (dianalisis) unsur-unsurnya atau norma-normanya, diselidiki, diperiksa satu per satu, kemudian ditentukan berdasarkan hukum-hukum penilaian karya sastra, bernilai ataukah kurang bernilaikah karya sastra itu.
  1. GUNA KRITIK SASTRA
Pada intinya kritik sastra mempunyai tiga kegunaan atau kepentingan, yaitu kegunaan bagi ilmu sastra itu sendiri, bagi penerangan masyarakat, dan bagi perkembangan kesusastraan. Guna kritik sastra bagi ilmu sastra adalah guna untuk penyusunan teori sastra dan sejarah sastra. Karya sastra berguna bagi penerangan masyarakat yang ingin mengerti kesusastraan pada umumnya dan karya-karya sastra pada khususnya. Kritikus merupakan perantara antara pencipta dan orang banyak (Jassin dalam Pradopo, 2002: 36). Dengan demikian, hal itu membuat karya sastra terang bagi orang banyak (pembaca) sehingga karya sastra itu dihargai. Kritikus memberikan kepada pembaca suatu pandangan yang sama sekali segar dan mempermudah pembacaan dengan cara menerjemahkan ke dalam bentuk-bentuk sederhana.
Kritik sastra juga penting dalam pendidikan sastra, yaitu untuk meningkatkan apresiasi para pelajar dan mahasiswa  yang merupakan bagian dari masyarakatnya. Kritik sastra berguna bagi perkembangan kesusasatraan suatu bangsa. Dalam hal ini kritik sastra dapat meningkatkan kecakapan, ketajaman pandangan, dan keluasan garapan sastrawan. Dengan demikian, hal ini akan menyebabkan karya-karya yang ditulis kemudian akan bertambah mutu seni atau sastranya.
  1. TEORI KRITIK SASTRA
Kritik sastra berfungsi untuk memberikan uraian dan penerangan tentang karya sastra yang konkret, baik mengenai makna karya sastra, strukturnya, maupun nilainya. Dengan demikian, kritikus sebagai penerap prinsip kritik sastra itu perlu memberikan tafsiran-tafsirannya, analisis dan seni lainnya. Tanpa itu semua, karya sastra tidak mungkin dipahami. Jadi, penafsiran, penguraian (analisis), dan penilaian perlu diuraikan. Ketiganya merupakan aspek kritik sastra yang utama yang saling erat berjalinan dalam aktivitas penerapan kritik pada karya sastra.
Penafsiran dalam arti luasnya membuat jelas arti keseluruhan karya sastra yang bermedium bahasa itu yang diantaranya memperjelas jenis sastra, unsur sastra, struktur, tema dan efek-efek. Dengan adanya penjelasan secara keseluruhan itu, karya sastra dapat dipahami. Karena sastra memiliki struktur yang kompleks, maka karya sastra perlu dianalisis. Jadi, analisis adalah sarana untuk menginterpretasi.
*      Penafsiran
Penafsiran karya sastra berarti penjelasan makna karya sastra. Menginterpretasi karya sastra berarti menangkap makna karya sastra. Karya sastra perlu ditafsirkan sebab karya sastra adalah sebuah struktur yang kompleks yang bermedium bahasa yang pada umumnya maknanya ambigu atau bermakna ganda. Menafsirkan karya sastra tidak terbatas hanya pada bahasanya yang ambigu, tetapi juga pada komplekitas karya sastra, seperti kompleksitas struktru penceritannya, penokohannya, bahkan juga pusat pengisahannya. Tafsiran terhadap karya sastra harus disertai alasa-alasan yang logis atau dapat diterima akal.
*      Analisis
Dengan analisis, makna karya sastra dapat ditafsirkan dengan jelas. Dalam menganalisis kritikus juga memberikan interpretasi, atau sebaliknya, dalam menginterpretasi karya sastra kritikus menganalisis dan sekaligus memberi penilaian atas hasil interpretasi dan analisisnya. Jadi, interpretasi, penilaian dan analisis tidak dapat dipisahkan.
*      Penilaian
Karya sastra adalah karya imajinatif bermedium bahasa yang fungsi estetikanya dominan (Wellek dan Waren dalam Pradopo, 2002: 81). Dengan demikian, dalam mengeritik karya sastra harus ditunjukkan nilai seninya. Kalau tidak demikian, kritik sastra belum sempurna memenuhi fungsinya.
  1. KRITIK SASTRA INDONESIA MODERN DAN PERMASALAHANNYA
Kesusastraan Indonesia modern secara resmi lahir pada tahun 1920 dengan terbitnya roman Azab dan Sebgsara (1921). Sejak lahirnya, kritik sastra Indonesia modern selalu diiringi masalah. Masalahnya meliputi, kurangnya tempat, kurangnya kritikus sastra (yang profesional). Tidak cocoknya pandangan kritikus dengan sastrawan, tidak cocoknya teori kritik sebagai landasan kritik dengan corak dan wujud kesusastraan Indonesia modern yang bersifat nasional (dan regional), pertentangan antara kritik sastra sastrawan dan kritik sastra akademik. Sampai sekarang, berdasarkan bukti yang didapatkan, kritik sastra Indonesia modern yang pertama ditulis oleh Mohammad Yamin berjudul “Sejarah Melayu” dan “Syair Bidasari”. Sedangakan teori kritik sastra Indonesia modern pertama kali didapatkan dalam majalah Panji Pustaka (1932:838-839). Diduga ditulis oleh Sutan Takdir Alisjahbana, sebab STAlah yang menjadi redaktur sastra dengan ruang “Memajukan Kesusastraan”.
Sebelum tulisan tentang kritik sastra tersebut, yang dapat dianggap sebagai kritik sastra adalah aturan Balai Pustaka yang terkenal sebagai “Nota Rinkes” yang bersifat aturan untuk buku-buku yang hendak diterbitkan oleh Balai Pustaka, aturan yang mengharuskan dipatuhinya ketertiban: tidak boleh berpolitik, menyinggung agama (netral terhadap agama) dan tidak menyinggung kesusilaan masyarakat (Teeuw dalam Pradopo,1995: 97). Dengan demikian corak kritik sastra Balai Pustaka ini bertipe pragmatik. Jadi, sudut pandang atau perspektif pragmatik itu tidak sesuai dengan sudut pandang pengarang yang ekspresif, yang lebih mengutamakan nilai seni daripada mendidik masyarakat pembaca.
Yang perlu diingat bahwa dalam perkembangannya, kritik sastra Indonesia modern dari waktu ke waktu mengalami perdebatan-perdebatan. Perdebatan ini terjadi sejak awal perkembangan kritik sastra, tepatnya zaman Pujangga Baru sampai sekarang (Pradopo, 2002: 99). Pada akhir tahun 1960-an terjadi perdebatan dan polemik kritik sastra antara golongan pengikut kritik sastra Ganzheit dengan pengikut kritik sastra akademik (yang kemudian menamakan dirinya kritikus Kritik Sastra Aliran Rawamangun). Tokoh kritik sastra Ganzheit adalah Arief Budiman dan Goenawan Mohamad, sedangkan kritikus aliran Rawamangun adalah M.S. Hutagalung, J.U. Nasution, M. Saleh Saad, dan Boen Sri Oemarjati.
Pada tahun 1968 Pusat Bahasa Jakarta mempertemukan kelompok kritikus Ganzheit dengan aliran Rawamangun dalam sebuah seminar. Kertas kerja mereka dan ulasan-ulasannya dibukukan oleh Pusat Bahasa dengan editor Lukman Ali berjudul Tentang Kritik Sastra: Sebuah Diskusi (1978).
Dengan mengalirnya teori sastra dan kritik sastra Barat sejak pertengahan tahun 1970-an, lebih-lebih ke dalam lingkungan kritik sastra akademik, timbullah reaksi baik berupa penolakan maupun keinginan membentuk teori sastra dan kritik sastra yang khas Indonesia, lebih-lebih sesudah pertengahan tahun 1980-an. Oleh karena itu Universtas Bung Hatta Padang, pada tahun 1988 mengadakan seminar sastra “Menjelang Teori dan Kritik Susastra Indonesia yang Relevan”, makalah-makalahnya diterbitkan dalam sebuah buku dengan editor Mursal Esten yang berjudul Menjelang Teori dan Kritik Susastra Indonesia yang Relevan.
  1. KRITIK SASTRA AKADEMIK DAN KRITIK SASTRA SASTRAWAN
Para penulis kritik sastra Indonesia modern sampai pertengahan tahun 1950-an sebagian besar adalah para sastrawan. Oleh karena itu, periode 1920-1955 itu merupakan periode kritik sastrawan. Corak kritiknya adalah impresionistik, bertipe ekspresif dan pragmatik, ditulis tidak menurut sistematika ilmiah, bersifat esaistis.
Kritik sastra Pujangga Baru dapat dikatakan menjadi pendasar kritik sastra Indonesia modern. Meskipun sebelumnya sudah ada kritik sastra Balai Pustaka, tetapi secara nyata kritik sastra Balai Pustaka tidak dikenal umum karena hanya terbatas pada pertimbangan buku di kalangan Balai Pustaka saja. Berbeda dengan Pujangga Baru yang disiarkan dalam majalah Pujangga Baru sejak Juli 1933. Kritik sastra Pujangga Baru disebut pendasar kritik sastra Indonesia Modern karena pada kenyatannya gagasan-gagasan, praktik-praktik kritik sastra, dan corak kritik sastra Pujangga Baru diteruskan oleh sastrawan dan kritikus sesudahnya. Hal ini tampak pengertian kritik sastra yang merupakan pertimbangan baik buruk karya sastra, sebagai penerangan, untuk perkembangan kesusastraan dalam “Kritik Kesusastraan” (1932:838-839) yang kemudian diteruskan oleh H.B.Jassin seperti tampak dalam esainya “Kritik Sastra” (1959:44-47).
Pada zaman Pujangga Baru ada dua tipe kritik sastra yang diteruskan sampai sekarang, yaitu tipe kritik sastra pragmatik Sutan Takdir Alisjahbana dan tipe kritik sastra Sanusi Pane yang bersifat espresif. Tipe kritik sastra pragmatik Sutan Takdir Alisjahbana dan tipe kritik sastra Sanusi Pane saling bertentangan. STA menghendaki karya sastra itu berguna bagi pembangunan bangsa, sedangkan Sanusi Pane menghendaki karya sastra itu mengutamakan nilai estetikanya, karya sastra “seni untuk seni”.
Kurang lebih pada pertengahan tahun 1950-an timbul jenis kritik sastra yang baru, yaitu kemudian terkenal dengan kritik akademik atau kritik ilmiah. Corak kritik akademik berbeda dengan kritik sastrawan sebelumnya. Kritik sastra akademik berupa penelitian ilmiah dengan metode ilmiah. Ciri-cirinya adalah pembicaraan sampai pada hal-hal yang kecil, analisisnya mendetail, disusun dalam susunan yang sistematik, ada pertanggungjawaban ilmiah dengan penyebutan data yang akurat, pernyataan disertai argumentasi, menggunakan metode ilmiah.
Munculnya kritik ilmiah ini menimbulkan reaksi para sastrawan. Misalnya saja Rustandi Kartakusuma dan Harijadi Hartowardjoyo yang menuduh kritik ilmiabh itu seagai kritik induktif interpretatif, tidak ada penilaian, sebagian besar hanya penafsiran saja. Meskipun ada reaksi dara bei sastrawan, kritik akademik terus berjalan, terutama dalam penulisan skripsi, penelitian sastra ilmiah, makalah dan disertasi. Semakin banyaknya kritik sastra yang diterbitkan dalam bnetuk buku, timbulnya reaksi baru dari sastrawan. Diantaranya yang tampil adalah Arif Budiman. Mereka memberi ciri kritik akademik sebagai kritik analitik. Dikatakan demikian disebabkan kritik akademik terlalu mencincang-cincang karya sastra, menganalisi karya sastra terlalu analitik, karya sastra dianggap mayat di atas meja bedah.
Untuk menandngi kritik sastra akademik itu mereka (Arif Budiman, dkk) mengemukakan kritik sastra dengan metode Ganzheit, yaitu melihat karya sastra sebagai keseluruhan (tidak dicincang-cincang). Atas reaksi para sastrawan terhadap kritik akademik yang diberi ciri sebagai kritik analitik itu, terjadilah perdebatan dan polemik. M.S. Hutagalung (tokoh kritik sastra akademik) yang memproklamirkan kritiknya sebagai “Kritik Sastra Aliran Rawamangun”. Dalam polemik itu, pihak Ganzheit diwakili oleh Arif Budiman. Polemik itu baru berhenti pada pertengahan tahun 1970-an.
M.S. Hutagalung mengemukakan pembelaannya terhadap kebaikan dan manfaat kritik ilmiah berjudul “Peranan Penelitian Ilmiah untuk Pengembangan Kesusastraan Indonesia” dalam bukunya Membina Kesusastraan Indonesia Modern (1987). Dikemukakannya manfaat penelitian sastra (kritik sastra) ilmiah, yaitu:
*      Penelitian ilmiah membuat orang lebih tepat memandang dan mendekati kesusastraan itu sendiri.
*      Kritik sastra yang bersifat ilmiah akan lebih dapat dipertanggungjawabkan, subyektivitasnya dapat dihindari, pengertian akan nilai-nilai akan lebih jelas.
*      Penelitian ilmiah akan membuat orang lebih bijaksana untuk meramalkan, mengharapkan serta membina kesusastraan masa akan datang.

Fananie, Zainuddin. 2002. Telaah Sastra. Muhammadiyah University Press: Surakarta.
Darmanto. 2007. Kritik Sastra (Diktat). PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG.
Pradopo, Rachmat Djoko. 1995. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
Pradopo, Rachmat Djoko. 2002. Kritik Sastra Indonesia Modern. Gama Media: Yogyakarta.






Selengkapnya...


KUMPULAN PUISI PART II






Suara Hati
Untuk NV, gadis yang mengubah hidupku
Di dunia maya aku berkenalan
Hanya berkenalan
Tak berpandangan
Tak bersua rupa dan bertemu raga
Lewat sang perantara
Aku berbagi cerita dalam untaian kata
Jiwa tersenyum kembali
Setelah yang lama menerkam hati
Pandang mata terhalang
Jauh letak yang terpisah
Namun itu bukan penghalang
Mejadikan kamu penghias jiwa
Sejatinya hati percaya
Kutelah temukan mentari
Yang menghangatkan jiwa dan raga
Yakin kuberkata
Jiwa menginginkanmu
Membuka jalan yang gulita
Dan sinari langkahku yang redup
Malang, 20/01/2013
 

 
Bangkitnya Cerita Lama
Bertahun-tahun dulu
Kisahnya bersemi
Bertahun-tahun berlalu
Kisahnya diingkari hati

Kini tak dibiarkan lagi redup
Bangkitkan sejarah lama
Di ungkit lagi agar kisahnya hidup
Menjadi arti bertahta dalam sukma

Tak terbantah lagi
Hati kini menginginkannya
Tuk sepenuhnya menjadi arti
Mengukir kembali yang dulu ada

Hati kembali padanya jua
Yang dulu disia-siakan kehadirannya
Jiwa kembali merindukannya
Yang dulu ditinggalkan keberadaannya

Malang, selasa 24/12/2012
Cen Rian
Gelisah
Bukan yang pertama kualami
Bukan juga yang kedua
Gelisah ini bersamaku
Menjadi bantal dalam tidurku
Menjadi selimut dalam malamku
Membebani jalan hidupku
                Hati bergelora
                Jiwa membara
                Jantung bergetar hebat
                Relung berapi-api
                Rasa memuncak
Mencari melati obat rindu
Berkelana bersama angin
Terbang bersama burung
Mengitari langit
Mengais dikeheningan malam
Mencari cinta
Mengarungi laut
Menyebrangi samudra
                Tak jua kudapat
                Tak jua kutemu
                Yang kudapat luka menganga
                Yang kutemu goresan luka
                Bukan cinta
Aku terpuruk
Aku semakin gelisah
Aku layu
Aku sayu
                Melati menari disorot mata
                Melambai bukan memanggil
                Semerbak harum mewangi
                Merekah di alam sahdu
                Bukan untukku
Kemana lagi kucari
Dimana lagi kutemu
Tak ada tempat bagiku
Aku takut
Aku mati
                Ini aku
                Ini cintaku
                Ini rinduku
                Ini kasih sayangku
Kau
Kau melatiku
Aroma tubuhmu kucium
Kuanggap nafas kehidupan
Mengisi kehampaan hatiku
Kau tak merasakan itu

Sajak untuk e_illusion.com gadis imajinasiku
Malang, 03/02/2012/09:15/kantin Unikan

Jauh
Andai kau di sini
Dan jika kau bersanding denganku
Sepi ini tiada
Sunyi ini mati
Kelam ini lenyap

Bukan luka yang kuingin
Bukan bara yang kudamba
Bukan sakit yang kusuka
Bukan juga gelisah

Kau jauh
Berdiam diri tak melihatku
Bintang tak lagi bersinar
Dan mentari beku dalam sendu

Di sini hati menanti
Redup,sayu dalam resah
Sakit dan luka bersahabat
Sepi merampas ceria

Dan aku terus menanti
Sampai hati terobati

Malang, 24 Maret 2012/ 22:56 WIB

 
Bunga
Bunga
Terpukau aku melihatmu
Tak jemu mataku memandangmu
Datanglah dalam pelukanku
Dengarlah perlahan gejolak hatiku
Bunga
Parasmu anggun berselimut senyum penuh arti
Tatapan matamu penuh cinta
Keramahanmu menyejukkan hati
Lembut budi bahasamu membuatku tunduk memandang tanah
Bunga
Setetes embun mengalir di hati
Gelap berkabut tiada lagi
kala  aku berkenalan denganmu
Bunga
Indahnya mahkotamu
Memantik hasratku
dan meredam lara jiwaku
Malang, 30 Agustus 2012

Sajak Untukmu manusia tak bermartabat

Dalam perutmu berisi
Hatimu penuh misteri
Kantong jasmu penuh kertas merah berlimpah
Dalam benakmu hanya itu yang kau pikirkan

Di pinggir jalan manusia terlunta
Di kolong jembatan rakyat menderita
Di kaki bukit berbaris manusia tinggal kulit pembalut tulang
Tangan mengadah dengan jari keriput

Muka memelas penuh derita
Ribuan orang hidup di perkampungan kumuh
Tak sadarkah kau akan hal itu
Tak kasihankah kau melihat sepenggal cerita tak sempurna itu

Dengan gagah kau bertahta
Dengan jasmu kau berpidato
Sejuta senyum palsu kau tebarkan

Semua mata tertuju padamu
Semua asa berada di pundakmu
Harapan akan perubahan menghampirimu
Kau
Kau penuh ilusi

Kau tak peduli akan orang kecil
Dulu kau berkata sekarang kau bungkam
Obrolan murahmu dimakan rayap
Tiada bukti kau perlihat

Demi egomu kau sengaja
Kau bersaksi tak sesuai
Bersumpah meski bersalah
Berlagak bak orang suci

Gayamu sungguh maksimal
Kinerjamu abnormal
Budi bahasamu bak melati mewangi menghiasi taman
Kelakuanmu tak bermoral
Lebih saci dari berandal

Rakus makanmu tak pernah kenyang
Kantuk kau bersandar di kursi empuk
Avanza merah menantimu
Kembali obrol murah kau curahkan

Anak istri kau suap dengan uang haram
Harga dirimu sungguh tak bernilai
Darahmu penuh dosa
Desah nafasmu bau bangkai

Di balik jeruji pantas kau berada
Berteman sepi sampai membusuk
Tak peduli dingin menghantammu
Tak teringat meski kau merintih

Kau koruptor juga dikatator

Malang, 15/02/2012
Kepanjen Malang


Jatuh Cinta
Ia datang saat hati dahaga
Dan tak seorang pun tahu
Aku pun tak menyadarinya.
Aroma cintanya mewangi
Menyebar  merasuk kalbu
Ia datang saat hati dahaga
Aku tersadar
Aku terbangun
Pintu hati kubuka
Membiarkan ia merajai hati
dan  basuhkan peluh
Ia datang saat hati dahaga
Tak tertahan lagi
Gejolak berkecamuk kembali
Merindukan ia hadir di sisi
Ia tak seperti yang terlewati
Dan itu pasti
Ia datang saat hati dahaga
Dan aku tak bisa berlari
Menjauh menghindari arti
Tak lagi aku mencari
Pengobat hati yang teraniaya sunyi
Ia datang saat hati dahaga
Tak tertahan lagi
Hanya menunggu ia mengerti
Suara hati yang bernyanyi
Lagu cinta yang kurangkai

                                                                                            Malang, 22 Agustus 2012 
 
Pujaanku
Oh  pujaanku
Harum tubuhmu menusuk kalbuku
Aroma cinta kasihmu merajai hatiku
Tak terbantahkan, kecantikanmu membuatku termenung
Aku begitu tenggelam dalam matamu
hingga  aku lupa siapa aku

Oh pujaanku
Kebaikan dan kecantikan yang ada padamu membuatmu tampak sempurna
Aku begitu tergoda
Aku begitu ingin memilikimu seutuhnya

Oh pujaanku
Aku tak ingin ini hanya fatamorgana
yang selalu datang dalam imajinasi
dan akan hilang kembali ditelan mimpi

Oh pujaanku
Aku bahagia bisa mengenalmu
Aku terlena oleh senyummu
Aku terhanyut memimpikanmu

Oh pujaanku
Tak bisa kulupa namamu
Dan kini bersemi di sukmaku
Aku menyanjungmu dalam hariku
Memujamu dalam bunga tidurku

Oh pujaanku
Tepiskan sendu ini
Hilangkan lara ini
Musanhkan  pilu ini
Pupuskan  keluh ini

Oh pujaanku
Hapuslah  jiwa  berpeluhku
Basuhlah hatiku dengan cintamu
Tegarlah raga ini dengan kasih sayangmu
Kuatkan tubuh ini dengan  kesetiaanmu

Malang, 23-24/08/12
Buat seseorang yang sangat spesial di hatiku...

Aku Ingin
Aku mencoba  mengabdi di hatimu
Menyelami jiwamu
tuk  mengetahui  seberapa besar cintamu padaku
Aku ingin perasaan manis dan lembut
Aku ingin cinta mengalir dengan kejujuran
Aku ingin cinta membelai hatiku
Mengusap jiwaku yang resah dan dahaga
Aku ingin kita dalam satu ikatan mesra
Berjalan beriring dalam cinta
Bersanding damai menjalani hari
Aku ingin engkau datang
Dengan sebutir mutiara di genggammu
Tuk bangkitkan rasa yang sudah lama sendu
Aku ingin kau datang menghapus kegelisahanku
Membenam kedukaanku
Memerdekakan aku dari penjara sepi
Sampai nanti aku akan tetap bertahan di sini
Aku akan tetap berseru
Meneriakkan perasaanku
Demi sebuah asa yang sudah lama kutunggu
C_R
04/04/12 
 
Kegagalan Cinta
Delapan hari kumenunggu
Kesunyian ini membelenggu
Jiwaku membeku
Ragaku terbaring kaku
Hari ini kau menabur luka
Pahit empedu kurasa
Asaku musnah kalah
Hatiku remuk merintih
Cinta suciku menjadi abu
Pedih  hati bertambah kalut
Bilur hati yang kau cipta membara
Panasnya membakar dada
Aku tersungkur lemas
Tak  berdaya merangkai cerita
Tak sanggup bangkit berdiri
Aku terpuruk  dalam sepi
Hati tak sanggup lagi berkata
Seutas harapan kini sirna
Tinggallah hati yang karat
Tak  tahu mungkin sekarat

C_R
08/04/12

 
Jatuh Cinta
Setelah  melihatmu, aku temukan cahaya di matamu
Rasa cinta mengalun di hati
Pagiku terasa indah diawali suaramu
Dan tak tersiksa dalam kebisuan dan kebosanan
Seperti aliran nada yang lembut cinta bernyanyi
Ia bagai sinar mentari di hari hujan
Membuatku tak takut mengungkapkan kebenaran di hati
Aku telah mencari cinta dilain tempat
Kujalani mimpiku dalam realita yang kejam
Angin membawa cintaku pergi
Begitu rapu dalam kesendirian dan kesepian
Setelah melihatmu, bintang di langit kembali cerah
Awan baru meari di atas
Perlahan menciptakan hari yang baru

Malang 02/05/20


Karena Cinta
Seharusnya  ini  sudah  berakhir
Cukup sudah hati terbebani luka
Cinta ini melepuh
Sampai keruh dan terus mengkerut
Semuanya rapuh
Dan bilur ini teru tumbuh

Aku runtuh dan luluh
Jatuh dan pupus
Tak berdaya merangkai kisah baru
Ragaku kaku memelas
Jiwaku terkoyak sendu

Semu itu karena kau

Malang 07/05/2012
Selengkapnya...